Cari Blog Ini

Sabtu, 31 Juli 2010

PERAN BIMBINGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS IV DI SEKOLAH DASAR

i


PERAN BIMBINGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT
KELAS IV DI SEKOLAH DASAR


TUGAS AKHIR
Tugas Akhir Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat
Kelulusan Sebagai Tugas Akhir Perkuliahan
Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar




Disusun oleh :
WIDHY KURNIASARY
1402204540


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU KELAS SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2006 ii
HALAMAN PENGESAHAN





Tugas Akhir (TA) dengan judul “Peran Bimbingan Pembelajaran
Matematika Dalam Operasi Hitung Bilangan Bulat Kelas IV Di Sekolah Dasar”,
telah disahkan oleh Kepala UPP Semarang Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri semarang pada :


Hari :
Tanggal :



Semarang, September 2006
Mengetahui,
Ketua UPP Semarang Dosen Pembimbing
PGKSD FIP UNNES


Drs Jaino, M.Pd. Dra. Koestantoniah, M.Pd .
NIP. 130875761 NIP. 130530125


iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN


MOTTO :
Belajar dari masalah yang dihadapi membuat lebih dewasa dalam menentukan
sikap.








Tugas Akhir ini dipersembahkan untuk :
1. Orang tua
2. Dosen pembimbing
3. Teman-teman dan semua pihak
yang mendukung penulis




iv
KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir
dengan baik.
Penulis berterima kasih kepada :
1. Drs. Siswanto, M. M. , Dekan FIP UNNES.
2. Drs. Sutaryono, M.Pd. Ketua Program Studi PGKSD FIP UNNES.
3. Drs. Jaino, M.Pd. selaku Kepala PGKSD UPP Semarang.
4. Dra. Koestantoniah, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiran serta perhatiannya guna memberikan
bimbingan dan pengarahan pada PPL I, PPL II dan demi terselesainya
Tugas Akhir ini.
5. Berbagai pihak yang telah membantu penyususnan tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan Tugas
Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharap adanya kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan tugas akhir ini. Penulis berharap semoga tugas akhir ini
berguna bagi pembaca terutama bagi para calon guru SD.

Semarang, September 2006


Penulis v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Masalah ........................................................................... 2
C. Rumusan Masalah .......................................................... 2
D. Tujuan ............................................................................. 3
E. Manfaat ......................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................... 4
A. Teori Belajar oleh Thorndike .......................................... 4
B. Hukum Belajar ............................................................ 4
BAB III. PAPARAN HASIL ............................................................... 7
A. Identifikasi ...................................................................... 7
B. Diagnosis ......................................................................... 9
C. Prognosis ......................................................................... 11
D. Evaluasi ........................................................................... 12
BAB IV. PENUTUP ........................................................................... 13
A. Simpulan ........................................................................ 13 vi
B. Saran ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 15 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan. Dalam
batasan tersebut terdapat beberapa aspek yang berhubungan dengan usaha
pendidikan yaitu bimbingan sebagai suatu proses orang dewasa sebagai
pendidik anak dan tujuan belajar.
Dengan menggunakan istilah bimbingan, secsara filosofis di hayati,
bahwa pendidikan itu merupakan suatu usaha yang disadari dengan
mempertimbangkan segala akibat dari perbuatan-perbuatan mendidik itu.
Dengan menggunakan bimbingan itu pula, pendidikan tidak
dilaksanakan dengan memaksakan kepada si anak sesuatu yang datangnya
dari luar, begitu juga sebaliknya tidak boleh dibiarkan begitu saja si anak
berkembang dengan sendirinya.
Dalam arti luas pendidikan berisi tiga pengertian yaitu, pendidikan,
merupakan kegiatan mengolah otak anak didik, pengajaran, merupakan
kegiatan mengolah otak anak didik, dan pelatihan, merupakan kegiatan
mengolah lidah dan tangan anak didik agar menjadi manusia yang
beriman, cerdas, dan terampil.

2
B. Masalah
Dalam proses pendidikan disekolah, siswa sebagai subyek didik
merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya.
Siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya
dengan lingkungan. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan
individual antara siswa yang satu dengan lainnya. Disamping itu, siswa
sebagai pelajar senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah laku sebagai
hasil proses belajar.
Hal tersebut diatas merupakan beberapa aspek psikologis dalam
pendidikan yang bersumber dari siswa sebagai subyek didik, dan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Timbulnya masalah-masalah psikologis
menurut adanya upaya pemecahan melalui bimbingan.

C. Rumusan Masalah
Melihat langsung praktik pendidikan di lapangan terdapat beberapa
masalah yang kongkret, yaitu :
ƒ Anak yang tidak mau mendengarkan saat pembelajaran
berlangsung.
ƒ Anak yang hanya ingin bermain-main dalam kelas.
ƒ Anak yang tidak naik kelas karena malas belajar.
Berdasarkan masalah tersebut diatas dapat dikemukakan beberapa
rumusan masalah diantaranya sebagai berikut : 3
1. Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar pada peserta didik
yang bermasalah ?
2. Apakah teori belajar oleh Thorndike dapat mengatasi kesulitan
belajar peserta didik ?
3. Apakah pengaruh bimbingan belajar dalam mengatasi kesulitan
belajar peserta didik ?

D. Tujuan
Tujuan diadakan penelitian dan bimbingan langsung adalah :
1. Mengatasi masalah peserta didik dilapangan.
2. Memberikan bimbingan yang tepat pada siswa yang bermasalah.
3. Mengarahkan anak menjadi lebih baik.
4. Memantau langsung perkembangan anak dan penyimpangan yang
terjadi.

E. Manfaat
Manfaat diadakan bimbingan langsung berdasarkan penelitian dilapangan :
1. Mengetahui secara langsung permasalahan yang terjdi pada anak didik
di lapangan.
2. Sebagai masukan untuk guru dalam melaksanakan pembelajaran
3. Memberikan motivasi kepada pendidik untuk mengembangkan
bimbingan pembelajaran.
4. Sebagai pedoman guru dalam memperhatikan minat belajar siswa. 4
BAB II
LANDASAN TEORI


A. Teori Belajar Koneksionisme oleh Thorndike
Koneksi merupakan asosiasi antara kesan-kesan penginderaan dengan
dorongan untuk bertindak, yakni upaya untuk menggabungkan antara kejadian
penginderan dengan perilaku. Dalam ini Thorndike menitik beratkan pada
aspek fungsional dari perilaku yaitu bahwa proses mental dan perilaku
organisme berkaitan dengan dengan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Menurut Thorndike, dasar dari belajar adalah Trial and Error,
kemajuan yang diperoleh dalam belajar sedikit demi sedikit dan bukan
berbentuk suatu loncatan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,
Thorndike akhirnya mengemukakan 3 macam hukum belajar.

B. Hukum Belajar
a. Hukum Kesiapan ( The Law of Readness )
Agar proses belajar mencapai hasil yang baik, maka diperlukan adanya
kesiapan individu dalam belajar :
1. Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak dan dapat
melaksanakannya, maka dia akan mengalami kepuasan. 5
2. Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak/berperilaku
tetapi tidak dapat melaksanakannya, maka dia akan merasa
kecewa.
3. Apabila individu tidak memiliki kesiapan untuk
bertindak/berperilaku dan dipaksa untuk melakukannya maka akan
menimbulkan kedaan yang tidak memuaskan.
b. Hukum Latihan ( The Law of Exercise )
Hubungan atau koneksi anatar stimulus dan respon akan menjadi
kuat apabila sering dilakukan latuhan. Makna menjadi kuat/lemah
menunjukkan terjadinya probabilitas respon yang semakin tinggi apabila
stimulus itu timbul kembali. Oleh karena itu, hukum latihan ini
memerlukan Learning by Doing.
c. Hukum Akibat ( The Law of Effect )
Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan, maka
hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi semakin kuat.
Apabila stimulus menimbulkan respon yang membawa reward, maka
hubungan antara stimulis respon akan menjadi semakin kuat, begitu pula
sebaliknya.
Disamping ketiga hukum tersebut, Thorndike mengemukakan hukum
lain yang bersifat sekunder, yakni :
1. Multiple Respon 6
Individu dalam menghadapi masalah akan mencoba berbagai respon
untuk mendapatkan respon yang tepat melalui tindakan yang bersifat
Trial and Error.
2. Set atau Attitude
Kesiapan untuk kecenderungan individu berperilaku tertentu.
3. Assosiative shifting
Setiap respon yang telah dimiliki oleh seseorang dapat dipindahkan
sebagai respon terhadap stimulus yang baru.














7
BAB III
PAPARAN HASIL


A. IDENTIFIKASI
Adapun 3 orang siswa SD yang menjadi sasaran observasi langsung
diperoleh data sebagai berikut :
1. Anak tidak mau mendengarkan pelajaran.
Nama : Ari
Kelas : IV C1
SD : Koalisi Nasional Ngaliyan 01, 03,
07
Hobby : Sepak bola dan main PS
Jenis kelamain : laki-laki
Cita-cita : Arsitek
Prestasi : peringkat kelas ke 36
Pejaran yang disukai : PKPS
Pelajaran yang tidak disukai : matematika
2. Anak yang hanya ingin bermain-main di kelas
Nama : Noval
Kelas : IV C1
SD : Koalisi Nasional Ngaliyan 01, 03,
07 8
Hobby : Menggambar
Jenis kelamain : laki-laki
Cita-cita : Pilot
Prestasi : peringkat kelas ke 39
Pejaran yang disukai : kerajinan tangan dan kesenian
Pelajaran yang tidak disukai : matematika
3. Anak yang tinggal di kelas karena malas belajar
Nama : Andi
Kelas : IV C1
SD : Koalisi Nasional Ngaliyan 01, 03,
07
Hobby : Olahraga
Jenis kelamain : laki-laki
Cita-cita : Atlet bulu tangkis
Prestasi : peringkat kelas ke 42
Pejaran yang disukai : penjaskes
Pelajaran yang tidak disukai : matematika
Nama yang tertera dalam data diatas diambil sebagai nama samaran
dengan data yang konkrit.
Dalam hal tersebut tiga anak yang diambil sebagai sampel memerlukan
bimbingan khusus dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan
operasi hitung bilangan bulat.
9
B. DIAGNOSIS
1. Hubungan intelegensi dan tingkah laku
Orang yang mempunyai intelegensi tinggi adalah orang yang memiliki
dan dapat menggunakan intelegensi/kognisinya dengan baik. Sehubungan
dengan hal tersebut orang yang mempunyai intelegensi tinggi diharapkan
dapat menampilkan tingkah laku intelegensi yang tercermin dari cara
berfikir yang logis, cepat, mempunyai kemampuan abstraksi yang baik,
mampu mendeteksi, menafsirkan, menyimpulkan, mengevaluasi dan
mengaingat, menyelesaikan masalah dengan baik, bertindak terarah sesuai
dengan tujuan, dapat menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan yang
baru.
Apabila dikaitkan dengan prestasi belajar, maka intelegensi merupakan
salah satu faktor yang menentukan prestasi belum dapat dinyatakan secara
konklusif/pasti. Beberapa temuan tidak secara konsisten memperlihatkan
korelasi yang signifikan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pada situasi
tertentu memang prestasi belajar ditentukan oleh faktor intelegensi, namu
masih banyak faktor lain yang juga ikut berperan.
Individu ber-IQ tinggi bisa gagal dalam bidang akademis, karir, atau
kehidupan sosialnya, karena IQ hanya menggali kemampuan dasar logika
bahasa, matematika atau hanya mengukur sebagian kecil kemampuan
manusia. Tantangan dan permasalahan sehari-hari tidak cukup diatasi
dengan kemampuan logika, perlu kecerdasan emosi untuk mengenali,
mengontrol diri agar dapat berespon positif terhadap situasi. 10
2. Karakteristik perkembangan intelek
Individu mempunyai karakteristik utama untuk dapat mencapai
logika :
a. Individu mampu berfikir nyata
b. Individu mampu melakukan pemecahan masalah yang dihadapi
c. Individu mulai mampu mengerti perasaan orang lain
d. Individu mulai mampu menyadari dan memperhatikan lingkungan
serta mampu beradaptasi
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek
a. Faktor bawaan (hereditas)
Sejak terjadinya konsepsi individu telah membawa gen-gen yang
berasal dari ayah dan ibunya. Sebagian dari gen tersebut memiliki
sifat-sifat yang akan menentukan daya kerja intelektualnya. Jadi,
secara potensial individu telah membawa kemungkinan apakah ia akan
mempunyai kemampuan normal atau tidak. Potensi ini akan
berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan memberi
kesempatan untuk berkembang.
b. Faktor lingkungan
ƒ Keluarga
Merupakan sumber pengalaman dan informasi. Disamping itu
keluarga juga menjadi tumpuan anak untuk dapat memuaskan
segala kebutuhan fisik dan psikis.
11
ƒ Sekolah
Merupakan lembaga formal yang memberi tanggungjawab untuk
meningkatkan perkembangan anak, termasuk perkembangan
intelektualnya. Adanya perbedaan individu dapat dilihat dalam
kemampuan menyerap pelajaran, sikap dalam belajar,
keterampilan belajar, proses belajar, dan hasil belajar yang
dicapai.

C. PROGNOSIS
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan oleh Thorndike, dapat
diperoleh hasil :
1). Siswa yang tidak mau mendengarkan pelajaran
Stimulus yang diberikan oleh guru berupa latihan dengan titik fokus
pada anak tersebut secara berulang-ulang dengan memberikan tugas
secara klasikal dan anak tersebut mengerjakan didepan kelas, dalam
keadaan siap. Hasil memuaskan dapat diperoleh dengan reward pujian
dari guru dapat menghasilkan respon lebih baik dari anak tersebut,
hukum Thorndike dalam menangani anak tersebut dapat dilihat
BERHASIL.
2). Siswa yang hanya ingin bermain dikelas
Guru membuat pembelajaran matematika sebagai arena bermain dengan
melibatkan operasi hitung penjumlahan menggunakan benda konkrit
sebagai bahan penjumlahan dan pengurangan guru mencoba berbagai 12
cara untuk melakukan penghitungan secara klasikal hingga akhirnya
anak tersebut mampu melakukan operasi hitung secara teori, dalam hal
ini hukum akibat dari Thorndike mampu menangani anak tersebut dan
dinyatakan BERHASIL.
3). Siswa yang tidak naik kelas karena malas belajar
Learning by doing yang dilakukan oleh siswa secara klasikal dapat
menghasilkan respon yang positif bagi perkembangan dalam
pembelajaran matematika, untuk operasi penghitungan bilangan bulat
diadakan stimulus berupa pengadaan kuis untuk mencari jawaban cepat
secara berlomba, reward diberikan kepada pemenang lomba berupa
benda konkrit, secara klasikal cara terebut berhasil, namun bagi si anak
cara terebut kurang tepat, cara latihan juga tidak berhasil, maka hukum
belajar Thorndike untuk mengatasi anak terebut TIDAK BERHASIL.

D. EVALUASI
Bimbingan pada ketiga anak tersebut dilakukan selama dua minggu
dengan metode dan stimulus yang berbeda. Hasil yang diperoleh pada siswa
(1) dan (2) lebih baik dari sebelumnya, teori belajar yang dikemukakan oleh
Thorndike dapat dikatakan berhasil dan terbukti, namun untuk siswa (3)
membutuhkan teori belajar yang lain agar dapat mencapai hasil yang
memuaskan karena dapat dikatakan siswa (3) mengalami masalah dalam
perkembangan psikologisnya.
13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari data yang berhasil dikumpulkan, dapat diambil simpulan :
1. tidak semua teori bimbingan dalam belajar dapat berhasil terutama
dalam pembelajaran matematika.
2. Kesiapan individu dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
3. Setiap individu dalam belajar memerlukan sstimulus yang berbeda
tergantung dari kemampuan dan responnya.
4. Teori koneksionisme adalah gabungan antara kejadian penginderaan
dengan perilaku.
5. Belajar lebih bersifat trial and error.

B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas terdapat beberapa saran :
1. Sebaiknya dalam melakukan bimbingan pembelajaran matematika
tidak terfokus pada satu kegiatan (kegiatan pembelajaran bervariasi).
2. Guru perlu memantau hasil belajar siswa setiap hari.
3. Hendaknya guru selalu melakukan stimulus yang berbeda pada setiap
pembelajaran matematika.
4. Teori koneksionalisme sangat tepat untuk pembelajaran matematika
yang memerlukan banyak latihan. 14
5. Sebaiknya dalam belajar matematika digunakan percobaan dan
latihan (learning by doing).




















15
DAFTAR PUSTAKA

ƒ Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi belajar. Semarang : UPT
UNNES Press.
ƒ Mugiarso, Heru. 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UPT
UNNES Press.
ƒ Munib, Achmad. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang :
UPT UNNES Press.
ƒ Soeparwoto, 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang : UPT
UNNES Press.
ƒ Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT
UNNES Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar