Cari Blog Ini

Sabtu, 23 April 2011

gizi bayi dan balita

KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Filed under: Gizi Bayi dan Balita — allaboutgizi @ 8:37 am

Ada sebuah iklan bumbu masak. Si Ibu sedang memasak di dapur. Tiga orang anaknya datang menghampiri.

Ibu : Makan yuuk…

Anak 1 : Makan apa?

Ibu : (Mengacungkan seikat bayam)

Anak : (menggeleng sembari menutup mulut, telinga, dan mata)

Ada sekitar 25% anak mengalami kesulitan makan, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak yang lahir prematur atau dengan penyakit kronik. Penelitian yang dilakukan di Jakarta menyebutkan bahwa anak prasekolah (usia 4-6 tahun), didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar (79,2%) telah berlangsung lebih dari 3 bulan. Kesulitan makan karena sering dan berlangsung lama sering dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut menjadi berkepanjangan (Judarwanto 2007).

DEFINISI

Anak yang seperti apa sih yang bisa dikategorikan mengalami kesulitan makan?

Ternyata, kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan dan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap di percernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

Gejala kesulitan makan pada anak di anataranya :

(1) kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makan makanan lunak atau cair,

(2) memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk ke mulut,

(3) makan berlama-lama dan memainkan makanan,

(4) sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup rapat mulut,

(5) memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua,

(6) tidak menyukai banyak variasi makanan, dan

(7) kebiasaan makan yang aneh dan ganjil (Judarwanto 2007).

PENYEBAB

Penyebab kesulitan makan pada anak sangat banyak, baik secara fisik misal kelainan organ bawaan dan infeksi bawaan, maupun secara psikis. Namun secara umum penyebab kesulitan makan pada anak dibedakan ke dalam tiga faktor, yakni hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut, dan pengaruh psikologis. Penyebab paling sering terjadi adalah hilangnya nafsu makan. Hilangnya nafsu makan ini sering diakibatkan oleh gangguan fungsi saluran cerna.

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak adalah :

(1) cari penyebab kesulitan makan pada anak,

(2) identifikasi adakah komplikasi yang terjadi,

(3) pengobatan terhadap penyebab,

(4) bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau kolik), hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.

Penanganan dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran yang optimal dengan stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral dan refleks menelan, teknik khusus untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik dan minum dengan sedotan kadang membantu memperbaiki masalah ini. Aktivitas meniup balon atau harmonika dan senam mulut dengan gerakan tertetntu juga sering dianjurkan untuk gangguan ini.

Pemberian suplemen atau obat tertentu sering dilakukan untuk mencegah kesulitan makan pada anak. Tindakan ini bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah bila tidak disertai dengan mencari penyebab kesulitan makan tersebut. Kadangkala pemberian vitamin dan obat-obatan malah akan menutupi penyebab sebenarnya dari gangguan kesulitan makan pada anak.

DIET MAKANAN

Selain mengatasi kesulitan makan sesuai penyebab, pemberian makan yang cukup gizi dan sesuai anak sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan anak dengan gangguan kesulitan makan memiliki perilaku dan kebiasaan makan yang berbeda dari anak lainnya.

Diet makanan yang dapat dilakukan adalah dengan memvariasikan menu makan sehari-hari baik dari segi jenis, rasa, maupun tampilan makanan. Apabila kesulitan makan ini disebabkan oleh alergi terhadap jenis makanan tertentu ada baiknya untuk menghindari jenis makanan tersebut. Selain dnegan memvariasikan makanan, memvariasikan cara makan pun sangat membantu. Sesekali bawalah anak makan di luar, sambil bermain di taman, biarkan anak berlari dan bermain sesuka hatinya asalkan proses makan tetap berjalan.

Berikut adalah salah satu contoh menu makan untuk anak balita :

Makan pagi : Nasi, tumis wortel (wortel dibentuk bunga), telu ceplok (dengan hiasan mata, hidung, dan mulut)

Selingan 1 : Susu/jus buah, bola-bola cokelat

Makan siang : Nasi, sayur sop, ayam goreng, buah

Selingan 2 : Puding buah

Makan malam : Nasi, sayur sop, telur rebus, susu

PUSTAKA

Judarwanto. 2007. Kesulitan makan pada anak. http/dranak.blogspot.com/2007/ 03/kesulitan-makan-pada-anak.html.
Tinggalkan sebuah Komentar
DIARE PADA BAYI DAN BALITA
Filed under: Gizi Bayi dan Balita — allaboutgizi @ 8:31 am

Masa bayi dan balita merupakan masa yang rentan terhadap berbagai jenis penyakit. Salah satu penyakit yang paling sering menyerang bayi dan balita adalah diare. Menurut penelitian, diare pada kelompok umur di bawah lima tahun merupakan penyebab kematian terbanyak yakni mencapai 23.2% (Subijanto dkk 2007).

DEFINISI

Apa sih diare itu ? Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita mencret-mencret. Penderita buang air berkali-kali, tiga sampai lima kali sehari, fesesnya encer dan kadang-kadang mengandung darah atau lendir. Diare menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui feses. Bila penderita diare terlalu banyak kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah umur lima tahun (IDAI 2006).

Bayi berumur kurang dari satu bulan dinyatakan diare bila frekuensi buang air besarnya lebih dari empat kali sehari. Sedangkan untuk bayi di atas satu bulan, bila buang air besar lebih dari tiga kali sehari dinyatakan diare (Siswono 2001).

PENYEBAB

Apa yang menyebabkan seorang anak itu bisa diare? Ada beberapa penyebab diare. Namun yang terpenting dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni :

(1) infeksi pada saluran pencernaan akibat bakteri, virus, atau parasit lain seperti cacing, protozoa, dan jamur,

(2) kekurangan gizi, dan

(3) alergi dan perubahan pola makan, misal dari ASI eksklusif (ASI saja) menjadi makanan sapihan. Alergi yang dapat menyebabkan diare misalnya lactose intolerance (tidak dapat mencerna susu). Karena tidak memiliki bakteri lactase yang berfungsi memecah enzim laktosa yang ada dalam susu seseorang menjadi diare setelah meminum susu.

Selain tiga penyebab yang telah disebutkan sebelumnya, diare juga dapat ditularkan melalui feses yang mengandung kuman penyebab diare. Makanya jangan biarkan anak BAB sembarangan! ^__^V

Diare menjadi penyebab kematian utama pada bayi dan balita karena tubuh megalami dehidrasi, yaitu gejala kekurangan cairan dan elektrolit. Tanda-tanda seorang anak mengalami dehidrasi adalah anak menampakkan gejala kehausan, berat badan turun, dan elastisitas kulit berkurang. Pengujian keelastisitasan kulit ini dapat dilakukan dengan cara mencubit kulit dinding perut. Bila terjadi dehidrasi, maka kulit dinding perut akan pulih ke bentuk semula dalam waktu yang lebih lama dari normal. Selain tanda-tanda yang disebutkan, tanda-tanda yang perlu dikenali bila anak mengalami diare dan dikhawatirkan dehidrasi adalah mata dan ubun-ubun besar tampak cekung; serta selaput lendir bibir, mulut, dan kulit tampak kering (Siswono 2001).

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Pencegahan terjadinya diare pada anak adalah dengan tidak membiasakan buang air besar sembaragan, karena kuman penyakit tersebar di mana-mana. Selain itu, makan makanan yang bersih dan bergizi seimbang, sesuai dengan umur anak. Juga biasakan mencuci tangan baik sebelum maupun sesudah makan.

Apabila anak mengalami diare segera ganti cairan tubuhnya dengan meminumkan larutan garam gula atau ORALIT sebanyak yang ia mau minum. Cara membuat larutan garam gula adalah segelas air teh masak ditambah dengan dua sendok teh (sdt) gula dan seujung sdt garam, diaduk rata. Pada bayi di bawah enam bulan tetap diberikan ASI meskipun sedang diare. Hal ini dikarenakan ASI mengandung 90% cairan sehingga cairan yang terbuang dapat digantikan oleh ASI. Jika diare tak kunjung berhenti segera bawa anak ke Puskesmas terdekat (IDAI 2006).

Amatlah penting untuk memberikan gizi yang cukup selama diare, terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Makanan dan minuman jangan dihentikan lebih dari 24 jam saat anak mengalami diare, karena pulihnya mukosa usus tergantung pada gizi yang cukup. Bila tidak, maka hal ini akan merupakan faktor yang memudahakan terjadinya diare kronik.

Pemberian kembali makanan dan minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare (Subijanto dkk 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Lama More RA dkk (1998) menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak karena nukleotida adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten.

Bayi berusia 6 bulan ke bawah cukup diberi ASI saja, tanpa ada tambahan makanan lain. Pada bayi di atas 6 bulan wajib diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) karena kebutuhan zat gizinya sudah dapat dipenuhi oleh ASI berikut adalah contoh menu untuk bayi menjelang satu tahun :

Pukul 06.00 : Susu (ASI atau susu formula)

Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim

Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan

Pukul 12.00 : Bubur buah/Nasi tim

Pukul 14.00 : Susu (ASI atau susu formula)

Pukul 16.00 : Makanan selingan

Pukul 18.00 : Bubur saring/Nasi tim

Pukul 20.00 : Susu (ASI atau susu formula)

Setelah berusia satu tahun anak diberikan makan makanan keluarga namun dengan konsistensi dan porsi sesuai umur anak. Asupan gizi anak harus seimbang untuk memulihkan kondisinya yang banyak kehilangan zat gizi akibat diare (Anonim 2007).

PUSTAKA

Anonim. 2007. Nutrisi dan Gizi untuk Bayi dan Balita. http://drlizagizi.blogspot.com/2007/12/nutrisi-dan-gizi-untuk-bayi-dan-balita.html.

IDAI. 2006. Diare Pada Anak. http://dranak.blogspot.com/2006/132/diare-pada-anak.html.

Lama More RA dan Gil-Aberdi Gonzalez B. 1998. Effect of nucleotides as dietary supplement on diarrhea in healthy infants. An Esp Pediatr Apr, 48(4):371-5.

Subijanto MS, reza ranuh, Like Djupri, dan Pitono Soeparto. 2007. Manajemen diare pada bayi dan anak. http://www.4shared.com/
Komentar (1)
PENTINGNYA GIZI PADA MASA BAYI
Filed under: Gizi Bayi dan Balita — allaboutgizi @ 8:22 am

Masa bayi adalah masa dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi dibanding masa-masa lainnya dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, asupan gizi pada masa ini sangatlah penting. Di awal kehidupannya, lambung dan usus bayi belum sepenuhnya matang. Ia bisa mencerna laktosa (gula dalam susu) namun belum mampu menghasilkan amilase dalam jumlah yang cukup. Ini berarti, bayi tidak dapat mencerna tepung sampai paling tidak usia tiga bulan (Arisman 2002). Oleh karenanya, pada bayi berusia kurang dari enam bulan pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan.

Meurut Soedibyo (1992) air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi karena mengandung semua bahan yang diperlukan oleh bayi. Komposisi ASI sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan bayi (protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air) sampai usia 4-6 bulan. Depkes RI (2001) menyatakan bahwa komposisi ASI yang mengandung protein yang tinggi memiliki perbandingan antara whei dan kasein yang sesuai untuk bayi. ASI mengandung shei lebih banyak yaitu 63 : 65, sehingga protein ASI lebih mudah diserap dibandingkan susu sapi. ASI juga mengandung taurin, Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA). Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berperan penting sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. DHA dan AA adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak optimal.

PUSTAKA

Arisman. 2002. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Palembang : Bagian Ilmu Gizi fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

[Depkes RI]. Departemen Kesehatan RI. 2001. Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui. Direktorat Jemderal Gizi Masyarakat. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Soedibyo. 1992. Aspek Gizi Daripada ASI. Di dalam : Suharyono, R Suradi, A Firmansyah, editor. Air Susu Ibu. Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.